Rabu, 28 September 2016

Untitled (5)


Bohong.

Iya, dia berbohong.

Dia tak sesibuk itu,
Hanya saja kau bukan prioritasnya,
Kau tak berarti buatnya,
Kau tak berharga baginya,
Kau tak dibutuhkan olehnya.

Bodoh? Ya.
Siapa? Dirimu.

Kau habiskan waktumu,
Harimu hanya untuk menunggunya,
Datang dan menyambut cinta mu dengan hangat,
Yang sialnya hanya menjadi khayalan mu saja hingga saat ini.

Salah?
Siapa?
Tak ada yang salah,

Eh, maksudnya dia tak salah hanya dirimu saja yang bodoh terlalu asyik berenang ke dalam khayalan gilamu sampai kau lupa kau sudah tenggelam sejak awal, dan bahkan kau mabuk akan cinta yang kau karang sendiri cerita indahnya.

Untitled (4)

"Dia baik banget sama aku"

"Aku suka sama dia karna dia baik"

"Dia baik sama aku pasti dia suka sama aku"

Tapi...
Sayangnya yang harus di garis bawahi,
Semua orang mesti punya sifat baik. 

Bisa jadi dia baik bukan hanya kepada satu orang saja kan ?
Atau bisa pula misalnya dia memang baik kepada semua orang,
Cuma kamu saja yang terlalu berharap,

Terlalu berangan-angan terlalu jauh saat jatuh cinta hingga kamu lupa kenyataan sebenarnya dia baik sama kamu karna dia punya rasa kemanusiaan saja,

Bukan karna ada rasa yang sama seperti kamu.

Sabar yah,

Salahnya orang jatuh cinta ya begitu, terlalu memikirkan hal yang indah tanpa memikirkan hal terburuk dari jatuh cinta, ya tidak dicintai balik, misalnya.

Untitled (3)

Mengerti.

Singkatnya harus seperti itu.

Pedihnya kau harus terus mengerti kesibukan dia tanpa dia ingin mengerti dirimu balik,
Bahwa tak mudah terus mengerti orang lain tanpa adanya balasan (Re: Dimengerti Balik).

Jika hati ini selalu mencoba untuk mengerti dia,
Lalu kenapa dia juga tak bisa lakukan hal sebaliknya?
Bukan kah saling mengerti adalah perasaan yang sempurna?

Saat kau memberi minuman kepada orang yang kehausan,
Dan dia balik memberimu makanan saat kau kelaparan.

Sesulit itukah untuk mengerti?
Bahwa aku juga memiliki hati.

Perbedaan waktu,
Pebedaan kondisi,
Perbedaan profesi yang memaksa bahwa aku harus mencoba mengertimu.

Awalnya,
Ku kira mudah.

Namun ternyata sedih,
Layaknya kau menginginkan hujan saat musim panas,
Tak akan terjadi hujan meskipun turun hujan tak sesering saat kau harapkan.

Iya, mungkin selama ini aku terlalu naif untuk mencoba mengira semuanya akan baik-baik saja.
Nyatanya tidak,

Perasaan tanpa balasan layaknya luka yang dibiarkan darahnya mengalir begitu saja tanpa diberi obat sedikitpun, perih.